Jangan Mau Diperalat Bank

opini rawa el amady

Akhir Maret 2007 Mantan Wakil Predisen Yusuf Kalla mengungkapkan kegeramannya akan prilaku perbankan yang mengambil jalan aman dengam membiakkan uang rakyat melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Semakin geramnya, Wapres menilai pihak perbankan sebagai perampokan luar biasa uang negara senilai 220 triliun rupiah. Pihak perbankan enggan menyalurkan uangnya ke bisniis rilll padahal sumber dananya juga berasal dari rakyat untuk bisnis riil yang bisa memacu pertumbuhan ekonomi nasional. 

Sejalan dengan kegeraman mantan Wapres tersebut, di televisi kita melihat jor-joran pihak perbankan mengiklan diri dengan tawaran hadiah yang bernilai ratusan juta bahkan sampai bermilyar rupiah. Jika diperhatikan dan diikuti, maka rasanya rugi sekali jika tidak memasukan uang di perbakan karena berharap dapat hadiah, uang tidak hilang bahkan bisa bertambah. Nasabah menunggu mimpi mendapatkan hadiah mobil mewah, atau uang ratusan juta rupiah. Setelah pengungkapan dari mantan Wapres tersebut barulah kita ketahui dan sadar bahwa ternyata akibat dari iklan hadiah menabung tersebut perbankan bisa untung besar. Semakin banyak dan besar jumlah uang yang ditabungkan maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh. 

Dan ternyata dunia perbankan memang hidup dan berkembang dari uang nasabah. Dihimpun uang nasabah, lalu disimpan di SBI lalu nilai mendapat untung besar. Padahal memberi hadiah dengan diundi bagi masyarakat yang menabung di bank selain tidak memenuhi syarat sari’ah karena sama dengan judi. Iming-iming yang diberikan memotivasi masyarakat untuk hidup konsumtif tanpa perlu produktif karena sudah barang tentu menyimpan uang di bank dengan jumlah besar sebagai tindakan yang tidak produktif. 

Belum ada iklan perbankan di televisi ataupun di surat khabar yang jor-joran mengajak masyarakat untuk menfaatkan kredit terutama bank sebagai fasilitas kridit yang mudah dan nilai jaminan yang ringan, sebagaimana para rentenir. Ada juga yang berkembang justeru sikap kehati-hatian perbankan dalam proses kredit tersebut. Tidak ada jaminan usulan pinjaman langsung ditolak, ada jaminan tapi usaha belum berjalan usulan pinjaman langsung ditolak. 

Padahal memberi hadian milyaran rupiah kepada peminjam yang pengembaliannya tepat waktu dan atau telah meminjam berulang kali bisa mendorong membangunan sikap produktif masyarakat. Sementara, masyarakat menyimpan uangnnya di perbankan tanpa syarat. Buktinya hanya buku simpan dan nomor rekening. Begitupun untuk mengambil uangnya kembali tidaklah mudah, harus antri panjang, identitas dan tanda tangan tidak boleh berubah sedikitpun. Kalaupun menggunakan fasilitas ajungan tunai mandiri (ATM) jumlah yang bisa ditarikpun terbatas. 

Ketika uang diserahkan ke bank, hak kebebasan kita menggunakan uang tersebut sangatlah terbatas. Apalagi kalau jumlah uang yang disimpan itu sekidit atau terbatas, uang yang kita miliki bukannya bertambah malah justeru berkurang karena harus bayar pajak, inflasi dan bayar administrasi.
Betapa tidak imbangnya hubungan antara nasabah dengan pihak perbankan. Perbankan sekarang ikut andil besar menurunkan produktifitas masyarakat. Pihak perbankan mensosialisasikan fungsi perbankan sebagai tempat penyimpnan uang. Bukan tempat lalulintas uang untuk keperluan produktif. 

Bank seharusnya berperan besar untuk menumbuhkan produktifitas bangsa melalui produktifitas warganya, dengan cara mengembalikan secara berimbangan uang dari nasabah kepada nasabah untuk usaha produktif. Jadi adalah naif kalau pihak perbankan justeru hidup dari keringatnya rakyat. Zaman Orde Baru negara memsubsidi perbankan trliunan rupiah dari uang rakyat, lah diera reformasi ini pihak perbankan dengan senyum manis memerah keringat rakyat menyimpan uang pihak ketiga di SBI. Suatu tindakan yang kontra produktif dan bermoral rendah.

Betapa tidak imbangnya hubungan antara nasabah dengan pihak perbankan. Perbankan sekarang ikut andil besar menurunkan produktifitas masyarakat. Pihak perbankan mensosialisasikan fungsi perbankan sebagai tempat penyimpnan uang. Bukan tempat lalulintas uang untuk keperluan produktif. 

Saya mengingatkan kepada masyarakat bahwa menyimpan uang di bank tidaklah selalu menguntungkan, yang menguntungkan adalah bagaimana memfungsikan bank sebagai alat transaksi untuk usaha yang produktif. Jangan bangga banyak uang di bank, yang perlu bangga adalah banyaknya uang yang produktif dan mampu memanfaatkan fasilitas kridit di bank untuk kemajuan usaha. (rw)

2 komentar:

Iwan mengatakan...

Terima kasih atas pencerahannya.....

rawa el amady mengatakan...

sama2 pak salam


my lovely wife