Opini rawa el amady
Menurut
pengamatan saya, pemilihan gubernur Riau 2014 merupakan pertarungan perebutan
kekuasaan level elit semata. Mengapa?
Foto Bakal
Calon Gubrnur Riau i (Sumber : riaukita.com tgl 21 Juni
2012)
Pertama, calon-calon yang muncul di permukaan
belum ada calon yang berbasis massa dan mempunyai sejarah yang kuat
keberpihakan kepada masyarakat. Lihatlah
dari 12 bakal calon yang ada di media massa dan sepanduknya bertebaran di
jalan-jalan, bisa dikatakan mayoritas
dari birokrat atau politisi yang tumbuh bukan dari basis massa, dan atau yang
muncul karbitanan karena berada dilingkaran kekuasaan. Belum ada tokoh yang berakar dimasyarakat dan
diakui telah melakukan kegiatan riil ditengah masyarakat.
Kedua, semua bakal cagubri (calon gubernur riau) yang muncul tidak berbasis idiologi dan
kepentingan masyarakat. Bisa dilihat
dari sepanduk-sepanduk yang bermunculan, isinya hanya memuji diri sendiri saja. “
Saya hebat, saya bersih, saya bisa, saya tokoh dan saya pembela masyarakat.”
Tapi toh statemen yang keluar sepandukmereka sendiri yang buat.
Sulit dijumpai dalam kehidupan sehari-hari apa yang mereka sampaikan tersebut.
Karena jika yang disampaikan tersebut benar, Riau sudah pasti lebih maju,
pendidikan sudah berkembang pesat, kemiskinan sudah minimal, jalan-jalan sudah
bagus, pelayana masyakat sudah maksismal dan korupsi tentu sulit dijumpai. Mana
mungkin ada buktinya “saya bersih, saya
hebat, saya baik” kalau korupsi merjala lela, kemisksinan masih tinggi
pengngguran juga masih besar dan ebrbagai masalah lain di Riau.
Ketitga,
tidak ada satupun issu atau
rencana program yang dijual oleh bakal calon gubernur riau tersebut berisikan
program riil. Terutama program yang bebasis kepentingan masyarakat, seperti
gagasan riau kaya, gagasan riau bersih, gagasan riau cerdas, tidak ada muncul
bersamaan dengan sepanduk mereka. Program-perogam yang ditawar berupa program
yang tanpa satu missi yang penting. Jika ketika mereka terpilih menjadi
gubernur Riau itu mau seperti apa tidak ada perumusan yang konkkrit, mereka mau
Riau seperti sekarang karena denan mudah mengeruk keuntungan pribadi.
Berdasarkan tiga alasan diatas menurut saya dari bakal-bakal
calon yang muncul tidak akan mampu membua tperubahan berarti di Riau ke depan.
Riau akan mandek seperti sekarang ini karena mereka yang berminiat menjadi
gubernur Riau tidak memiliki gagasan yang benar bagaimana Riau ke depan.
Tiga Kelompok Kekuasaan
Selain itu, bakal
calon yang muncul ke perukaan sekarang ini saya katagotikan menjadi tiga
kelompok kekuasaan. Pertama kelompok
Gubernur yang berkuasa sekarang, yaitu Achmad, Indra Adnan, Lukman Edi, Syamsu
Rizal dan Zukarnain Kadir, dan termasuk Mambang Mit. Alasan utama menyatakan
mereka kelompok Rusli Zainal, karena caloncalon tersebut, merupakan orang yang
selama ini selain dekat secara keluarga, diketahui dekat dalam urusan pribadi
dan dikethui dekat dalam urusan politik dan tentu saja selama ini mendukung
penuh seua kebijakan Rusli Zainal ataupun duduk di jabatan tertentu dibawah
kepemimpina Rusli Zainal.
Khusus untuk Mbambang Mitt, memang ada kemunkitan keluar dari
gerbong Rusli Zainal karena mendapat gerbong baru Partai Demokrat. Namun
demikian hubungan yang terbangun dengan Rusli Zainal selama ini tentu tetap
berpengaruh secara politik dan pribadi. Harus diingat bahwa Rusli Zainal lah
yang mengajak Mambang Mit menjadi wakil
Gubernur.
Kedua, Herman Abdullah (HA) sebagai satu-satu bakal
calon yang tampil solo dan sedang mencari dukungan kelompok kekuasaan, terutama
mencari perahu partai, mencari dukungan massa. HA mempunyai secara hubungan
pulitik yang kurang harmonis dengan Rusli Zainal diakhir masa jabatanya.
Ketiga, kelompok pendatang baru yang
terpencar dan belum terpolakan. Termasuk disini, Anas Makmun, wan Abu Bakar,
Suryadi Khusaini, dan Jon Erizal.
Keempat nama ini kemungkinan berkoalisi
karena alasan tertetntu, misalnya alasan dukungan partai politik atau
alasan lain untuk melawan dua kelompok sebelumnya. Sementara Said Muhammad
belum tegas keberadaan posisi politik dan daya tawar yang dimilikinya.
Mencari Lebel
Kehadiran Komisi Pemberantasan Korupsi di Pekanbaru
akhir-akhir ini memberi harapan baru bagi masyarakat yang menginginkan
berkurangnnya korupsi di Riau. Kehadiran
KPK ini menurut saya, merupakan sinyal bahwa
terlah terjadi perang antar bakal
calon gubernur Riau untuk memberi level dan mendapat lebel. Adapun lebel yang
dicari adalah lebel bebas dari korupsi, atau bersih dari korupsi, untuk
mendapat lebel tersebut maka harus secara cepat memberi level kepada lawan
politik sebagai pelaku korupsi.
Lebel bersih dan lebel koruptor merupakan lebel yang paling
laku dijual pada saat pemilihan gubernur Riau 2013 ini. Jika bakal calon sudah
masuk dalam katagoti berlebel koruptor maka kampanye hitam akan berjalan bagai
angin tanpa dikomando. Begitu juga sebalik, jika seorang bakal calon mendapat
lebel bersih dari korupsi akan dengan mudah juga menyebar berita kebaikan itu
dan menjadi modal utama untuk merebut kekuasaan Gubernur Riau.
Saya sangat yakin,
antar bakal calon akan saling membongkar kebobrokan. Karena itulah alat
peran mudah yang untuk mengalah lawan politik tanpa perlu bekerja lebih keras.
Maka menjelang pelaksanaan pelimilihan gubernur Riau, kita akan dihebohkan
dengan kasus-kasus korupsi, kasus moral lainnya yang akan bersentuhan lansugn atau
tidak langsung dengan bakal calon.
Nah mari kita lihat nanti, dimana gendang sudah ditabuh mulai
kasus PON...!!!!