Benarkah Pancasila Tidak Diperlukan Lagi?

Rawa el amady

Tahun 2006, saya melakukan survey tentang Pancasila. Adapun sample dari survey ini adalah di tiga kelas tempat saya mengajar yang jumlah keseluruhan mahasiswanya mencapai 200 orang.  Setiap mahasiswa wajib mendapatkan tiga  reponden untuk menjawab soal yang sama. Tiga orang lain tersebut berasal dari di lingkungan terdekatnya dengan syarat yang ditanya tersebut harus punya pemahaman yang baik tentang Pancasila, misalnya pendidikannya s-1 atu bekerja disektor public dan mengerti apa itu Pancasila dan pernah mengikuti penataran P4. Total keseluruahan repondennya mencapai 600 orang.

Pertanyaan yang diajukan pada survey ini, 1. Apakah mempunyai pemahaman yang baik tentang pancasila. 2. Dari mana mengetahui pancasila. 3. Apakah pancasila perlu dipertahankan, dan 4. Jika tidak diperlukan idiologi apa penggantinya. Pertanyaan tersebut semunya terbuka, dan tidak ada sedikitpun pilihan jawaban yang ditawarkan.

Semua responden menjawab bahwa mereka mengenal mengetahui pancasil dengan baik, merek peroleh melalui penatarn P4 dan sekolah. Mengejutkan saya adalah 67% dari seluruh responden menyatakan Pancasila tidak diperlukan lagi, dengan alasan Pancasila terlalu abstrak dan tidak bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari, bahkan Pancasila hanya menjadi alat kekuasaan oleh penguasa untuk mempertahakan kekuasaannya. Akibatnya Pancasila banyak v ersi, versi orde lama dan orde baru yang jelas otoriter, lalu memasuki era reformasi Pancasila semakin tidak diperlukan Karena yang berkembang justeru demokrsi liberal yang setengah matang.

Anehnya dri 67% tersebut 82 persen tidak punya usulan penganti, karena kalau diganti dengan idiologi liberal menurut mereka tidak sesuai dengan budaya bangsa, diganti dengan idiologi sosialis menurut mereka sangat tidak mungkin karena sejarah komunis sangat mengerikan. Diganti dengan Negara agama menurut mereka malah merepotkan mereka. Hanya 18% menganjurkan jadikan Negara islam saja dengan alasan Indonesia mayoritas muslim, dan terapkan model di Malaysia.

Sedangkan 33 persen yang tetap memerlukan dan mempertahankan Pancasila mengemukakan bahwa bukan Pancasilanya yang salah, tetapi para elit politik yang memanipulasi Pancasila menjadi alat kepentingnya mereka, sebab itu yang perlu diperbaiki adalah tata kelola pemerintahan sehingga dengan demikian Pancasila tidak dengan mudah dimanfaatkan oleh berbagai pihak begitu.

Menurut saya, kondisi riil kita sekarang sudah menuju ke demokrasi liberal walaupun Pancasila dicantumkan dalam UUD, ini artinya kita tidak begitu jujur dengan kondisi riil kita. Mengapa kita harus berbohong pada diri sendiri?

Sedangkan 33 persen yang tetap memerlukan dan mempertahankan Pancasila mengemukakan bahwa bukan Pancasilanya yang salah, tetapi para elit politik yang memanipulasi Pancasila menjadi alat kepentingnya mereka, sebab itu yang perlu diperbaiki adalah tata kelola pemerintahan sehingga dengan demikian Pancasila tidak dengan mudah dimanfaatkan oleh berbagai pihak begitu.

2 komentar:

Hall mengatakan...

Wah.. mau komen apa ya.. bingung saya..


Survey itu bgs buat reflection.. moga2 di baca oleh yg berkepentingan.. paling nggak dgn mengetahui reaksi masy tt ideologi Pancasila ada sedikit pemikiran yg bs menbawa perubahan ke arah improvement..

halaaah.. katanya bingung.. mau komen apa.. gak taunya mbeludak .. hehe..

Great post... salam buat penjual rujak padang yg jl Diponegoro ya........

rawa el amady mengatakan...

tq mba alia udah mampir..... siip nanti aku cari ya ... salam


my lovely wife