Rawa
El Amady
Sejak
terjadinya Musyawarah Luar Biasa (MLB) Golkar Riau, terkesan peta politik di
Riau berubah. Benarkah demikian? Tidak, karena beberapa alasan. Pertama, secara tradisional politik Riau dipengaruhi
oleh geopolitik yang berbasis etnisitas. Geopolitik Riau setidaknya terbagi
menjadi empat area politik yang penting, meliputi Riau 1) Pesisir (Bengkalis,
Siak, Rohil, Meranti dan Dumai), 2) Riau Daratan (Pekanbaru, Kampar, sebagian
Pelalawan, dan Sebahagian besar Kuansing),
3) Riau Timur (Inhil, Inhu dan sebahagian Kecil Kuansing). 4) Cover Area yaitu rembesan
dari ketiga area tadi karena alasan etnis, dan pecah kongsi (berada di seluruh
are geopolitik).
Lihat
kecenderungan politiknya, wakil Rusli Zainal
periode pertama adalah Wan Abu Bakar
yang merupakan zona geopolitik Riau Pesisir, dan periode kedua, Mambang
Mit, yang berada pada satu zone geopolitik karena pengalamannya pada periode
pertama yang dikenal tidak akur. Herman
Abdullah cepat-cepat merangkul zona Riau Pesisir dengan memilih wakilnya dari
Dumai, pilihan Herman ini tepat sebab kalau di kalkulasi jumlah suara dari zone Riau Pesisir dengan Zone Riau
Daratan (Kampar) sudah memadai untuk memenangi gubernur Riau.
Kedua, secara budaya politik sebenarnya tidak
terdapat hubungan langsung antara elit politik dengan rakyat pemilih. Elit politik yang muncul di permukaan adalah
elit yang berada pada tiga zone geopolitik utama. Sementara, yang zone ke empat
hanya menempati posisi sebagai wakli, misalnya basis etnis Jawa (kecuali
Inhu) baik di kabupaten maupun calon
Gubri selalu berada pada posisi wakil.
Apapun yang terjadi di elit tidak mempengaruhi pada rakyat pemilih, karena memang elit di Riau
tidak memiliki basis akar politik hanya berbasis zone geopolitik.
Ketiga,
missi utama pilgubri 2013 adalah penyelamatan elit politik dari ancaman
KPK. Sebab itu, masing-masing elit
bermasalah akan memasang calon gubenur yang loyal kepada sindikasi korupsi
berjamaah tersebut agar KPK tidak merembet ke mana-mana. Jadi apapun yang terjadi di tingkat elit
tersebut hanya langkah-langkah
strategis sebagai mekanisme pertahanan
diri.
RZ VS HA
Menurut
pengamatan subjektif saya, pertarungan
yang sengit masih antara Herman Abdullah (HA) dengan Rusli zainal. Atau kalau
diturunkan lagi pertarungan elit yang dipresentasikan melalui geopolitik.
Pertarungan yang sengit justeru terjadi
antara Riau Daratan dengan Riau Timur,
yang diwakili oleh Herman Abdulah cs dan Rusli Zainal CS.
Rivalitas
ini sangat kelihatan mulai dari
perebutan wali kota 2011. RZ dengan
mudahnya melengserkan posisi HA dan menggantikannya dengan Indra Mukhlis Adnan,
dan meletakan ketua Golkar Pekanbaru
sebagai calon wakil wali kota yang wali kotanya sendiri isterinya sendiri.
RZ pun mengkooptasi pimpinan partai ”besar”, Golkar dipimpin oleh saudaranya,
PAN dimpimpin oleh bekas bawahannya, Demokrat dipimpin oleh mitranya. Sementara PKS dan PAN mengusung Firdaus MT
yang jelas-jelas dibawa RZ dari Jakarta.
Pada
pilgub 2013 inipun, RZ memasang banyak
kaki untuk menjegal HA. HA jelas-jelas tidak bisa masuk sebagai calon dari
partai “besar” seperti PDIP, Golkar,
Demokrat, PAN dan PKS. HA hanya bisa masuk sebagai calon dari partai kecil dan
umunya tidak dapat suara di DPR RI, alias hanya di fraksi gabungan atau yang
tidak punya wakil di DPRD. Menariknya RZ
seolah-olah menarik diri dengan diambil alihnya Golkar oleh Anas Makmun,
ternyata ini cara RZ untuk memasukkan Idra Muchlis di PDIP, yang terdengar
khabar akan mencalonkan diri dari PDIP.
Selain itu, calon-calon
yang muncul ke permukaan adalah orang-orang yang mempunyai sejarah ke dekatan
dengan RZ, baik secara politik maupun secara kekeluargaan. Lihatlah, Achmad, Indra Adnan, Lukman Edi,
Syamsu Rizal dan Zukarnain Kadir, dan termasuk Mambang Mit. selama ini selain
dekat secara keluarga, diketahui dekat dalam urusan pribadi dan dekat dalam
urusan politik dan jabatan tentu saja selama ini mendukung penuh semua
kebijakan RZ.
Khusus untuk Mambang Mitt, memang ada kemungkinan keluar
dari gerbong RZ karena mendapat gerbong baru Partai Demokrat. Namun demikian
hubungan yang terbangun dengan Rusli Zainal selama ini tentu tetap berpengaruh
secara politik dan pribadi. Harus diingat bahwa RZ lah yang mengajak Mambang
Mit menjadi wakil Gubernur. Semua calon tersebut, berperan
penting untuk memecahkan suara HA yang
menyebabkan HA berpeluang besar akan kalah karena HA masih berkutat dengan keyakinan mendapat
dukungan suara terbanyak dari masyarAkat.
Di sini lain di Riau
sudah mulai tersiar antar
bakal calon akan saling membongkar kebobrokan. Karena itulah alat peran mudah
yang untuk mengalah lawan politik tanpa perlu bekerja lebih keras. Maka
menjelang pelaksanaan pemilihan gubernur Riau, kita akan dihebohkan dengan
kasus-kasus korupsi, kasus moral lainnya yang akan bersentuhan langsung atau
tidak langsung dengan bakal calon.
Terlepas
itu semua, saya membutuhkan calon seperti Jokowi untuk mengatur Riau. Jokowi di
Riau ternyata belum juga muncul ke permukaan.
Nah bagaimana?
1 komentar:
cam mana jokowi mau muncul bang, kan udah dikondisikan RZ. HA aja "disingkirkan".
Posting Komentar