Rawa El Amady
Carut marut partai politik dan tindak korupsi yang dilakukan oleh
partai politik menurut saya berhulu pada
kondisi partai politik yang tanpa pijakan perjuangan. Partai tanpa pijakan perjuangan menjadi politisi tanpa semangat
perjuangan karena memang tidak ada yang diperjuangkan serta pembeda dengan partai lain. Politisi menjadi
pragmatis hanya untuk memperjuangkan
kepentingan sendiri. Selain itu, rakyat
pemilihpun tidak bisa menilai kualitas partai hanya mengacu pada siapa calon yang ada di partai.
Saya membayangkan idealisme para
politisi akan terangkat secara maksimal jika dasar pijakan perjuangannya adalah idiologi partai.
Para politisi yang memasuk ke suatu partai
karena pilihan idiologi dan cita-cita bersama. Aktivitas politisi sudah dibatasi oleh garis-garis idiologi secara tegas.
Jika partai di Indonesia dibangun
berdasarkan idiologi maka layaknya partai poltiik di Indonesia ada empat, yaitu
pertama, partai berbasis idiologi konbservatif
yang seharusnya diwakili oleh nasionalis yang memperjuangakan gagasan negara
kesatuan, pancasila dan sosialisme
humanis, Kedua, partai bebrbasis progresif yang memperjuangkan demokrasisasi, liberalisme, pasar bebas dan Negara federal, ketiga,
partai berbasis nahdatul ulama yaitu yang memperjuangkan konsep Negara dengan
dasar-dasar islam dalam pandangan NU. Keempat,
partai adalah berbasis islam moderat
yang bisanya diwakili oleh kepentingan muhamadiay,HMI dan masyumi.
Melihat fenomena politik terkini, maka kecendrungannya partai
berbasis agama semakin menurun dukungan dari masyarakat. Sementara partai berbasis konservatif dan
demokrat progresif akan secara
bergantian mendapat dukungan massa yang banyak. Indonesia secara perlahan merujuk ke Negara-negara
barat seperti Amerika Serikat dimana
partai yang mendapat dukungan hanya partai berbasis konservatif dan democrat progresif
saja.
Redupnya idiologi dalam partai
tidak terlepas dari gerakan politik Orde Baru. Orde Baru berperan sangat
penting untuk menjarakan rakyat pemilih dengan partai politik. Partai politik
dialihkan fungsinya , seharusnya menjadi alat perjuangan kepentingan menjadi alat perpanjangan rezim militer
Soeharto. Kursi di DPR dan DPRD dibagi-bagi oleh rezim, anggota MPR diangkat orang-orang yang
mendukung rezim. Simbil-simbol idiologi
dihapus dan digantikan dengan symbol pembangunan. NU dan Masyumi digabung, partai nasionalis
digabung dengan partai agama non Islam.
Akibatnya memang tidak tersedia dasar pijakan perjuangan dari partai
tersebut. Akibat yang paling fatal dari
kebijakan Orde Baru adalah partai kehilangan
pijakan perjuangan, basis idiologi partai pudar dan hilang.
Seharusnya reformasi
mengembalikan posisi partai secara benar, partai bukan sebagai alat perjuangan individu
yang haus kekuasaan. Partai seharusnya menjadi alat perjuangan idiologi untuk
merealisasikan idiologi partainya. Bahkan di Amerika Serikat sekalipun masih
sangat kental menjadikan idiologi sebagai basis utama perjuangan partai. Lihatlah akibat dihapusnya idiologi dalam
berpartai oleh Orde Baru, setiap orang yang punya uang dan punya cita-cita
berkuasa membentuk partai tanpa memperdulikan pijakan kepentingan yang akan diperjuangkan.
Keputusan KPU pada 7 Januari
2003 terhadap 10 partai peserta Pemilu 2014 merupakan langkah penting untuk pengurangan jumlah peserta pemilu. Semakin kecil jumlah partai semakin konpetitif calon legistalif, semakin konfetitip calon
legislative diharapkan kualitas calon akan lebih baik. Saya berharap lima tahun ke depan partai sudah
berbasis empat idiologi tadi. Jika partai berdasarkan empat pijakan perjuangan tersebut, maka warna
politik di Indonesia akan lebih berwarna dan dinamika sosial akan lebih dinamis
sementara alasan-alasan politik dangang
sapi bisa dengan sendirinya tergeser
secara perlahan.
Partai politik yang lolos
verivikasi Komisi Pemilihan Umum bisa
dikatagorikan sebagai berikut, partai mendekati idiologi konservati, yaitu PDI
Perjuangan, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai
Demokrat , Partai Golkar, Partai Gerakan
Indonesia Raya. Partai berbasis demokrat
progresif , yaitu Partai Amanat , Partai Nasional Demokrat Nasional. Partai berbasis nahdatul ulama, Partai Kebangkitan Bangsa , Partai
Persatuan Pembangunan. Keempat, Partai berbasis Islam moderat Partai Keadilan Sejahtera.
Pengelompokan tersebut hanya berdasarkan sejarah partai dan
para tokoh-tokoh yang memimpin partai. Sementara secara factual partai-partai
tersebut tidak bisa dibedakan secara idiologi,
programnya sama, visi partainya sama. Bahkan PKS dan PAN yang dahulunya
diharapkan bisa menonjolkan idiologi
keislamannya justeru kemudian berbalik
menjadi partai terbuka yang mengaburkan idiologinya.
Politisi perlu idiologi untuk mengunci gerakan politik individunya,
jika tidak maka negeri kita dipimpin para penyamun semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar