Pilgubri 2013 : Belum Ada Gagasan Balon Pro Rakyat



Opini rawa el amady

Menurut pengamatan saya, pemilihan gubernur Riau 2014 merupakan pertarungan perebutan kekuasaan level elit semata. Mengapa?



                                              Foto Bakal Calon Gubrnur Riau i (Sumber : riaukita.com tgl 21 Juni 2012)


Pertama, calon-calon yang muncul di permukaan belum ada calon yang berbasis massa dan mempunyai sejarah yang kuat keberpihakan kepada masyarakat.  Lihatlah dari 12 bakal calon yang ada di media massa dan sepanduknya bertebaran di jalan-jalan,  bisa dikatakan mayoritas dari birokrat atau politisi yang tumbuh bukan dari basis massa, dan atau yang muncul karbitanan karena berada dilingkaran kekuasaan.  Belum ada tokoh yang berakar dimasyarakat dan diakui telah melakukan kegiatan riil ditengah masyarakat. 


Kedua,  semua bakal cagubri (calon gubernur riau)  yang muncul tidak berbasis idiologi dan kepentingan masyarakat.  Bisa dilihat dari sepanduk-sepanduk yang bermunculan, isinya hanya memuji diri sendiri saja. “ Saya hebat, saya bersih, saya bisa, saya tokoh dan saya pembela masyarakat.” Tapi toh statemen yang keluar sepandukmereka sendiri yang buat. Sulit dijumpai dalam kehidupan sehari-hari apa yang mereka sampaikan tersebut. Karena jika yang disampaikan tersebut benar, Riau sudah pasti lebih maju, pendidikan sudah berkembang pesat, kemiskinan sudah minimal, jalan-jalan sudah bagus, pelayana masyakat sudah maksismal dan korupsi tentu sulit dijumpai. Mana mungkin ada buktinya “saya  bersih, saya hebat, saya baik” kalau korupsi merjala lela, kemisksinan masih tinggi pengngguran juga masih besar dan ebrbagai masalah lain di Riau. 


Ketitga,  tidak ada satupun issu  atau rencana program yang dijual oleh bakal calon gubernur riau tersebut berisikan program riil. Terutama program yang bebasis kepentingan masyarakat, seperti gagasan riau kaya, gagasan riau bersih, gagasan riau cerdas, tidak ada muncul bersamaan dengan sepanduk mereka. Program-perogam yang ditawar berupa program yang tanpa satu missi yang penting. Jika ketika mereka terpilih menjadi gubernur Riau itu mau seperti apa tidak ada perumusan yang konkkrit, mereka mau Riau seperti sekarang karena denan mudah mengeruk keuntungan pribadi. 


Berdasarkan tiga alasan diatas menurut saya dari bakal-bakal calon yang muncul tidak akan mampu membua tperubahan berarti di Riau ke depan. Riau akan mandek seperti sekarang ini karena mereka yang berminiat menjadi gubernur Riau tidak memiliki gagasan yang benar bagaimana Riau ke depan. 


Tiga Kelompok Kekuasaan

Selain itu,  bakal calon yang muncul ke perukaan sekarang ini saya katagotikan menjadi tiga kelompok kekuasaan. Pertama kelompok Gubernur yang berkuasa sekarang, yaitu Achmad, Indra Adnan, Lukman Edi, Syamsu Rizal dan Zukarnain Kadir, dan termasuk Mambang Mit. Alasan utama menyatakan mereka kelompok Rusli Zainal, karena caloncalon tersebut, merupakan orang yang selama ini selain dekat secara keluarga, diketahui dekat dalam urusan pribadi dan dikethui dekat dalam urusan politik dan tentu saja selama ini mendukung penuh seua kebijakan Rusli Zainal ataupun duduk di jabatan tertentu dibawah kepemimpina Rusli Zainal.  


Khusus untuk Mbambang Mitt, memang ada kemunkitan keluar dari gerbong Rusli Zainal karena mendapat gerbong baru Partai Demokrat. Namun demikian hubungan yang terbangun dengan Rusli Zainal selama ini tentu tetap berpengaruh secara politik dan pribadi. Harus diingat bahwa Rusli Zainal lah yang mengajak Mambang Mit  menjadi wakil Gubernur. 


Kedua,  Herman Abdullah (HA) sebagai satu-satu bakal calon yang tampil solo dan sedang mencari dukungan kelompok kekuasaan, terutama mencari perahu partai, mencari dukungan massa. HA mempunyai secara hubungan pulitik yang kurang harmonis dengan Rusli Zainal diakhir masa jabatanya. 


Ketiga, kelompok pendatang baru yang terpencar dan belum terpolakan. Termasuk disini, Anas Makmun, wan Abu Bakar, Suryadi Khusaini, dan Jon Erizal.  Keempat nama ini kemungkinan berkoalisi  karena alasan tertetntu, misalnya alasan dukungan partai politik atau alasan lain untuk melawan dua kelompok sebelumnya. Sementara Said Muhammad belum tegas keberadaan posisi politik dan daya tawar yang dimilikinya. 


Mencari Lebel 


Kehadiran Komisi Pemberantasan Korupsi di Pekanbaru akhir-akhir ini memberi harapan baru bagi masyarakat yang menginginkan berkurangnnya korupsi di Riau.  Kehadiran KPK ini menurut saya, merupakan sinyal bahwa  terlah terjadi perang  antar bakal calon gubernur Riau untuk memberi level dan mendapat lebel. Adapun lebel yang dicari adalah lebel bebas dari korupsi, atau bersih dari korupsi, untuk mendapat lebel tersebut maka harus secara cepat memberi level kepada lawan politik sebagai pelaku korupsi. 


Lebel bersih dan lebel koruptor merupakan lebel yang paling laku dijual pada saat pemilihan gubernur Riau 2013 ini. Jika bakal calon sudah masuk dalam katagoti berlebel koruptor maka kampanye hitam akan berjalan bagai angin tanpa dikomando. Begitu juga sebalik, jika seorang bakal calon mendapat lebel bersih dari korupsi akan dengan mudah juga menyebar berita kebaikan itu dan menjadi modal utama untuk merebut kekuasaan Gubernur Riau.


Saya sangat yakin,  antar bakal calon akan saling membongkar kebobrokan. Karena itulah alat peran mudah yang untuk mengalah lawan politik tanpa perlu bekerja lebih keras. Maka menjelang pelaksanaan pelimilihan gubernur Riau, kita akan dihebohkan dengan kasus-kasus korupsi, kasus moral lainnya yang akan bersentuhan lansugn atau tidak langsung dengan bakal calon.
Nah mari kita lihat nanti, dimana gendang sudah ditabuh mulai kasus PON...!!!!

SEKS DI ALAM TERBUKA


opini rawa el amady

setiap sore di pantai padang kita bisa menyaksikan tenda payung berjejer rapi. Ketinggian tenda inipun berubah menyesuaikan perjalanan menuju malam. Semakin malam tenda ini makin rendah bahkan bisa hampir menyentuh tanah. Tenda tenda ini diisi oleh remaja yang sedang dimabuk cinta. Kitapun tidak bisa menebak alasan mengapa tenda itu makin rendah, apakah karena takut diketahui sanak keluarganya atau alasan asmara. Saya pikir pasti tidak akan banyak yang membantah kalau rendahnya tenda payung tersebut merujuk ke aktifitas asmara.


                                       Foto : tenda payung makin malam makin menyentuh tanah, (foto rw) 

Sayapun  membaca koran nasional, tentang ditangkapnya pasangan kekasih yang melakukan hubungan intim di dalam mobil di arena wisata di aceh. Ternyat realitas sosial yang ada di bumi ini bahkan di aceh yang dikenal serambi mekah, di sumatera barat yang di kenal adat bersandi sarak aktivitas seksualitas bisa tercecer di alam terbuka dengan alasan cinta.

Realitas seks yang berserakan di alam terbuka ini menggambarkan sebuah eksibisi runtuhnya  moralitas,  yang sebenarnya bukan terjadi pada remaja saja. Moralitas  yang menjadi kebanggaan bangsa ini perlu dibahas ulang. 

konsep institusi keluarga sudah tidak mampu menjelaskan prilaku sex di alam terbuka terhadap  tangung jawab anak pada apa yang disebut nama baik.  Konsep keluarga yang dipahami selama ini sudah tidak mampu lagi mengontrol tuntutan gairah remaja yang sudah berceceran.

Norma-norma sosial dan ajaran agama sudah dipandang sebagai ajaran langitan yang tidak lagi punya kegiatan mengikat. Diperlukan pengaturan berupa uu positif, misalnya diterapkan hukum syariah bagi penganut islam dan uu positif negara bagi non muslim.
Malaysia tahun 90 an menerapkan hukuman penjara, denda dan cambuk bagi warganya yang tertangkap bermesraan di taman, di bus, di kereta apa. UU itu dikeluarkan karena makin massalnya remaja berciuman dan bermesaraan di alam terbuka tersebut. UU pornografi menurut saya tidak mampu menangani realitas ini, karena tujuannya bukan untuk ini, apalagi uu tindak pidana juga tidak bisa menjerat  pasangan single ini.   Maka usul saya uu tindak pidana harus dirubah sesuai dengkan kondisi ke indonesian dalam hal hubungan lain jenis ini. 

Persoalannya apa kita bisa berharap ke dpr yang selalu saja diterba vidio porno itu?

  

my lovely wife