PON LADANG PERBURUAN "MEREKA"


Rawa El Amady


Coba  saya bayangkan uang sebanyak 4,6 triliun disebarkan diseluruh desa di Riau tentu seluruh masyarakat desa di Riau yang berjumlah 3000 desa lebih mendadak menjadi orang kaya baru.  Bayangkan masing-masing desa akan mendapat rata-rata 15 milyar rupiah, tentu sangat mengejutkan, pasti akan memicu konsumerisme sesaat.


Terlepasa dari permasalahan penggunaan uangnnya, yang pasti hutang warga kepada tengkulak akan lunas. Masyarakat desa bisa memulai hidup baru dengan tanpa hutang.  Disinilah titik awal kualitas masyarakat bisa dikenal dengan baik termasuk berfungsi efektif atau tidak pemerintahnnya.


Mendengar anggaran PON Riau sebesar 4,6 triliun rupiah bagi kita masyarakat kecil ini tentu mengurut dada. Tidak bisa membayangkan uang sebanyak itu, sehingga anggota DPRD pun gelap mata, yang menurut issu  hanya sekitar 6 orang saja yang tidak tersentuh KPK. Pemerintah berlasan dana sebesar itu karena banyaknya venus baru dibangun, ada sekitar 16 venus yang benar-benar baru, sementara 23 venus lainnya harus diperbaiki menyesuaikan dengan standar harus di penuhi. Dengan alasan itu masuk akal jika sejak tahun 2008 hingga 2012  rata-rata APBD 25%  dari sekitar 24 triliun rupiah  diperuntukan untuk dana pon.

Secara resmi memang  dana PON mulai dianggarakan tahun 2012 sebesar 2,5 triliun rupiah, 1 triliun untuk dana operasional panitia dan 1,5 trilun untuk membangun venus, kemudian terjadi penmabahan hingga menjadi 4,6 trilun rupiah (perda perubahannya 900 m, 380 M, 730 M, dan 260 M termasuk APBD perubahan). Tambah lagi dana pusat sebenar 149 milyar rupaih yang belum turun juga padahal PON tinggal dua minggu lagi. Jadi total dana PON 4,749 triliun rupiah.


Saya teringat ketika tahun 2005. Ketika itu mengusulkan dana 500 juta rupiah per desa melalui program pemberdayaan desa (PPD) yang waktu itu diusulkan 10 desa setiap kabupaten pada tahun pertamanya. Betapa terkejutnya ketika itu, seluruh anggota DPRD menolak dan hanya memenuhi dua desa setiap kabupatennya. Pada PON ini malah terbalik, dana sudah besar ditambah lagi ditambah lagi.  Menurt saya, misteri pembengkaaan anggaran ini harus dilihat sebagai sebuah skenario besar untuk menguras uang rakyat, buktinya atelah  menyeret anggota DPRD ke KPK.


Jika seandainya pelaksanaan PON diselarakan dengan gerakan olah merada di seluruh Riau, termasuk gerakan ekonomi kreatif tentu harus melihat anggaran besar itu sebagai suatu hal yang positif.  Kenyataannya, pelaksanaan PON ini tercabut dari akar pembangunan olah raga di Riau dan pembangunan ekonomi kreatif itu sendiri.


Sudah rahasia umum kalau Riau banyak menarik atlet berprestasi dari luar Riau untuk dijadikan atlet Riau (bahkan ada yang bermasalah seperti kasus catur). Begitu juga ekonomi kreatif yang muncul mengimpor ekonomi kreatif, mulai dari makanan, cendra mata, baju kaos dan oleh-oleh lainnya dari luar Riau. Pada akhirnya, Riau hanya jadi ladang perburuan para pejabat, pelaku usaha dan altet. Lalu uang triliunan itu hanya menyishkan monumen gedung yang besar belum diikuti  pembinaan olah raga itu sendiri.


my lovely wife