Firdaus MT : Memilih Jalan Tengah


Opini Rawa El Amady

Menyaksikan Pemilihan Wali Kota Pekanbaru  2011 terasa sangat hingar bingar.  Ketika kubu PAS berhasil memenangkan pada pemilihan pertama, kubu berseri merespon negatif dengan  menggugat ke MK (Mahkamah Konstitusi) dan menghasil PSU (Pemungutan Suara Ulang). PSU pun kembali memenangkan kubu PAS, meski kemenangan itu diperoleh dengan minimnya rakyat yang datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara). Kubu PAS-pun kembali mendapat perlawanan melalui tangan KPU Pekanbaru yang dilawan oleh pendukung PAS dengan demo yang cenderung anarkis.

Seorang teman kembali menceritakan kepada saya, bahwa dalam suatu pertemuan para “tokoh” di Rumah Tenas  Effendi bahwa  Rusli Zainal (RZ) dan Firdaus MT berpelukan menandakan perdamaian atau kompromi setelah MK memutuskan kubu PAS sebagai pemenangnya. Tentu saja, langkah RZ bersedia berkompromi ini tidak lepas dari pernyataan Firdaus MT (FMT) untuk bersilaturachim dengan RZ.  Maka terjadilah momen indah, yang menjadi pelajaran penting bagi perpolitikan di Riau khsusunya dan Indonesia umumnya.

Saya menyebut langkah positif yang diambil oleh FMT sebagai langkah jalan tengah. Berkompromi kepada lawan tetapi tidak meninggalkan dukungan yang sudah ada.  Langkah jalan tengah ini menjadi sangat penting bagi FMT karena FMT memerlukan dukungan politik yang luas dari berbagai pihak yang baru dijamahnya pada saat  mencalonkan diri sebagai wali kota Pekanbaru.

Secara politis FMT  sebenarnya tidak memeiliki basis politik, dukungan dari PKS  bukanlah dukungan riil, begitu juga dari partai politik lainnya. Konflik antar wali kota dan wakil nya sudah lumrah terjadi. FMT sadar betul bahwa riil politik  secara struktural ada di tangan RZ.  Apalagi semua orang tahu, kalau yang membawa FMT ke Pekanbaru dan mengangkatnya menjadi Kepala Dinas PU adalah RZ. Tentu hubungan emosional ini menjadi sangat penting bagi memahami mengapa FMT memilih jalan tengah tersebut.

Mempertahankan konflik rezim (dalam hal ini rezim HA dengan RZ) tentu sangat tidak bijak, karena romatisme RZ dengan demokrat mempunyai sejarah yang cukup kuat juga. Maka tidak ada pilihan lain bagi FMT untuk kembali ke rencana awal menjadi wali kota melalui gandengan tangan dengan RZ. Saya sendiri sangat mendukung langkah yang dibuat FMT ini, karena bisa menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat banyak. Maka peristiwa berpelukan nya antara RZ dengan FMT menjadi peristiwa yang bersejarah bagi perpolitikan Pekanbaru.

Secara konstalasi politik, langkah yang diambil FMT ini, langkah yang membela semua muka, tidak ada muka yang tercoreng karena proses politik. Tapi harus diakui bahwa langkah yang diambil FMT ini memberi dampak positif yang cukup besar bagi RZ, dan tentu saja sebagai petanda melemahnya rezim HA di Pekanbaru.  Walaupun tidak mempunyai pengaruh terhadap pilkada Riau 2014 kelak. Bisa-bisa tokoh-tokoh seperti Firdaus MT ini menjadi alternatif dari konflik yang memanjang antara rezim RZ dan HA sebelumnya. Walahualam

my lovely wife